L O A D I N G
blog banner

Elsa told me to just let it go, and you should too

Well, I have to say, dunia maya media sosial ini lagi berisik banget.
Banyak orang yang lagi sensitif sepertinya.
.
Urusan doa yg dibuat guyon, netizen langsung marah-marah. Walau ada yang membela, lebih dominan yang menghujat. Sampai hari ini nih, masih aja sahut2an hujat-hujatan.
Padahal sudah minta maaf ya.

Mestinya ya sudah. Solved. Carry on.

Masalah orang yang (konon orang terkenal sih, mungkin terkendal di keluarganya doang) nyasar di Simpang Susun Semanggi, diributin juga, hujat sana-sini.

Soal jembatan Simpang susun Semanggi itu sndiri, diributin juga.

Trakhir soal Bendera Indonesia yang kebalik, walau Malaysia sudah minta maaf, tetap aja diributin.

Capek gak sih mantengin timeline media sosial isinya orang berantem mulu, nyindir sana-sini alias nyinyir, saling hujat sana-sini.

No to mention, kalo ngebahas grup WA alumni atau keluarga.

Ahelah… haters will be haters. Mau left grup juga gak enak, tapi isinya toxic semua

Secara pribadi, saya dulu termasuk yg orang yang cukup emosional (dan tempramental) juga. Bukan grumpy tapi semacam sumbu pendek ini.

Tapi saya punya prinsip.
Artinya, kalau salah ya ane sikat, kalau benar ya ogut puji atau kasih credit.

Tapi, sekarang-sekarang dengan sudah adanya si Bayi PAUD ini dalam hidup gue, dan plus menangani 6 startups dalam 2 PT ini, ane bilang sih, ogut dah berubah ya.

I know, pretty weird eh?

Gue sekarang udah gak mau jadi orang yang marah-marah terus, bawa-bawa beban pikiran yang kurang baik atau malah negatif ke rumah atau ke tempat kerja.

istilahnya sih, gue ga mau jadi kaya truk sampah. Overthinking about negative things all day.

Kalau ada yang berbuat salah atau kurang mengenakkan, I would try to forgive, and then simply move on.

Ya sudah.
Selesai. Ndak perlu diributkan lagi.

Noted.

Lah? Kok gampang banget?

Bcause I still have so much more to think of. Dan hal-hal lainnya itu mmemerlukan kondisi pikiran yang lebih baik, konsentrasi yang lebih kuat, and one important thing, perlu optimisme yang lebih baik

Handling business(es), especially startups, requires non-stop thinking.

Yes, it does.

All 24 hours/7 days a week, you just can’t let the business out of sight. Harus terus menerus dipikirkan.

Dari busines developmentnya, project delivery-nya, ya cashflownya, ya cara jualannya, ya cara develop orang-orangnya, ya motivasi timnya.

Lots of things to do. Terutama karena bisnis itu selalu ada yang namanya masalah. Masih kecil banyak masalah, ngembanginnya banyak masalah, nanti kalau dah (relatif) sukses pun ada masalah, it’s called problem of success.

Masalah dimana-mana ya. Lagian, siapa suruh jadi Entrepreneur? He3..

Nah, bayangkan jika anda memiliki startup yang baru mulai, atau dalam kasus gue berbarengan 6 startups, and you see (or feel) things that you don’t like, you get upset, angry, and your mind gets filled with all those negativities?

Can you see clearly the possible opportunities ahead? Can you think of better ways in delivering the projects or services? Can you see how your customers see your business clearly?

The answer is No, you can’t. Gak bisa.

Pikiran anda akan sebagian besar terfokus untuk hal negatif tadi.
Baik berupa nyinyir, atau mencari peluang atau kesempatan untuk membalas, atau apapun untuk membuat kemarahan anda berkurang, atau kekesalan anda terlampiaskan.

Keren ya, all those energy, wasted into nothing.

Hasilnya nyinyir apa sih? Ketika menghujat negara ini dan mention di twitter, hasilnya apa? Ketika ikut-ikut menghujat Fadli Zon atau Hahri Hamzah, hasilnya apa?

Does your life gets any better? Do your businesses get developed any better?

Think about it

So, as a fellow startup maker and partner, I’m telling you guys, why don’t you just simply let it go, and then move on?

Isilah hari-hari anda dengan memikirkan cara mengembangkan bisnis dan startup anda. Berjejaring dengan baik. Cari teman-teman, relasi, network yang bisa diskusi mengembangkan pemikiran dengan cara positif.

Just Let it go, and Don’t Look Back In Anger as what Liam used to say.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *